Floating Rate Adalah: Pengertian, Kelebihan, Kekurangan & Contohnya

Diposting pada 06 April 2023

Dalam proses beli rumah dengan skema kredit pemilikan rumah (KPR) dikenal bunga yang bersifat fix rate dan floating rate.  Pengertian floating rate mudahnya adalah bunga KPR yang mengacu pada naik turunnya pasar.

Sementara pengertian fix rate adalah bunga KPR yang bersifat tetap sejak awal akad KPR dengan perbankan. Kedua skema bunga KPR ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

 

Pengertian Floating Rate KPR dan Conrohnya

Sebelum membahasa lebih detail tentang fix rate, ada baiknya mengerti secara mendalam pengetian floating rate KPR.  Pasalnya mayoritas KPR sangat menggunakan skema floating rate.

Bisa juga kombinasi, misalnya 4 tahun KPR awalnya fix rate. Sisanya 6 tahun pakai skema floating rate.

Jadi pengertian floating rata yang paling mudah adalah bunga KPR yang sejak awal akad memang mengikuti tingkat bungA acuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Tingkat bunga acuan ini berubah-rubah seiring dengan perkembangan ekonomi.

Misalnya ambil KPR 10 tahun, bunga acuan pada saat akad adalah 5%, maka beban bunga yang dibayar adalah 5%. Ternyata pada tahun ke dua, suku bunga acua BI meningkat jadi 6%.

Alhasil beban bunga yang dibayarkan akan naik jadi 6%. Ketika suku bunga acuan turun jadi 4% maka beban bunga yang dibayarkan ke bank pun ikut turun.

Kelebihan Skema Floating Rate KPR

Skema floating rate ini memiliki kelebihan dan kekurangan, berikut 3 kelebihan skema floating rate:

1. Potensi Bayar Cicilan Beban Bunga Turun

Kelebihan yang pertama skema floating rate kpr adalah berpotensi cicilan baban bunga turun. Ketika suku bunga acuan turun maka otomatis cicilan bunga KPR jga ikut turun. Hal ini berbeda dengan fix rate yang cicilan bunga akan tetap sampai masa KPR selesai.

2. Nasabah Bisa Mengatur Keuangan Secara Fleksibel

Ketika suku bunga acuan naik maka otomatis juga beban bunga KPR ikut naik. Dengan adanya informasi ini maka nasabah KPR bisa mengatur keuangan lebih fleksibel.

Pengeluaran nasabah di sisi yang lain bisa dikurangi untuk menutup biaya cicilan bunga yang terkerek naik. Memang skema floating rate ini cocok buat para pengusaha yang punya dana besar dan berani ambil risiko.

3. Cicicilan Lebih Fleksibel

Floating rate yang mengikuti naik turunnya suku bunga acuan BI membuat tingkat cicilan bunga KPR lebih fleksibel. Toh dalam praktiknya, nilai floating rate bungan KPR tidak jauh di atas suku bunga acua BI.

Kelemahan Skema Floating Rate

Di sisi lain, skema suku bunga KPR yang bersifat floating rate ini juga memiliki kelemahan. Berikut daftarnya:

1. Nasabah Sulit Merencanakan Keuangan Dalam Jangka Panjang

Naik turunnya bunga KPR yang tidak pasti membut nasabah kesulitas merencanakan keuangan untuk pengelauran bulanan. Soalnya ada kalanya suku bunga KPR naik, sehingga harus keluar dan yang lebih.

2. Berisiko Beban Bunga KPR Naik Tinggi

Nah hal yang ditakutkan adalah suku bunga acuan naik tinggi lebih dari rata-rata. Alhasil beban cicilan nasabah KPR pun semakin tinggi.

Hal membuat risiko nasabah sulit membayar KPR. Bahkan hal yang paling buruk mengalami gagal bayar.

3. Bunga KPR Tidak Stabil

Bunga KPR yang tidak stabil memunculkan risiko finansial, khususnya bagi nasabah. Pasalnya ketika bunga naik, maka nasabah punya risiko untuk membayar lebih. Padahal pendapatannya sudah dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan lain.

Kesimpulan: Pertimbangkan dengan Baik

Dari pengerti floating rate di atas maka bisa diambil beberapa kesimpulan. Pertama, kelebihan utama adalah potensi beban bunga ringan jika suku bunga turun.

Kedua, KPR floating rate juga memiliki kelemahan seperti nasabah mengalami kenaikan cicilan yang tiba-tiba jika suku bunga naik. Jadi Anda yang akan mengajukan KPR harus mempertimbangkan dengan baik.

ImgWaNow